Rabu, 18 Agustus 2022 di Ruang Meeting Lantai I Kampus UGR telah berlangsung Focus Group Discussion (FGD) II dengan tema “Potensi dan Prospek Budidaya Porang Di Kabupaten Lombok Timur”.

Diskusi potensi dan prospek budidaya porang cukup menarik bagi peserta FGD pertama, beberapa informasi dapat diperoleh dari para peserta seperti yang disampaikan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Timur, bahwa luas sebaran lahan tanaman porang di Lombok timur belum jelas, angka-angka yang disebutkan oleh beberapa pihak belum bisa dijadikan pedoman. Sementara dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan menyampaikan bahwa rencana pendirian pabrik pengolahan porang di kabupaten Lombok timur sudah dimulai pengerjaannya. Hal ini tentunya menjadi angin segar bagi para petani untuk lebih tertarik untuk budidaya porang. Dari peserta lainnya yang menjadi pelaku usahatani juga menyampaikan kekhawatiran terkait dengan banyaknya syarat yang diberlakukan untuk dapat tembus pasar internasional seperti mengharuskan sertifikasi lahan tanaman porang untuk menjamin bahwa tanaman porang yang dihasilkan berasal dari lahan yang memang cocok ditanami porang.

FGD II dilakukan untuk dapat memperoleh data dan informasi yang lebih lengkap sehingga tim peneliti dapat merumuskan sesuai dengan apa yang diharapkan pada tujuan penelitian.

Pada FGD II ini dilakukan diskusi bersama beberapa petani Porang yang ada di Kabupaten Lombok Timur. Salah seorang petani porang di Dusun Birang, Desa Bilok Petung, Kecamatan Sembalun, yang bernama Misdi, mengaku menggarap lahan porang seluas 80 are. Melihat prosfeknya yang cukup cerah, areal tanamnya ditambah sebanyak 40 are.

Dalam FGD ini yang merupakan kerjasama LPPM UGR dengan Bappeda Lotim, mengemuka potensi porang yang cukup besar.

Ketua tim peneliti LPPM UGR, ibuk Rini Endang Prasetyowati, mengatakan terdapat 2000 an hektar luas HKm di Lotim yang sudah dan bisa dimanfaatkan untuk budidaya porang. Namun, petani tidak hanya menanam di luaran hutan tapi juga di tempat lain.

Terdapat permasalahan yang di ungkapkan oleh beberapa petani dalam hal pemasaran porang itu sendiri. Seperti para petani sudah merasakan hasil penjualan porang pada panen pertama dengan nilai jual yang cukup tinggi. Namun, panen kali ini harganya anjlok sehingga petani menahan untuk tidak melakukan panen. Selama ini petani menjual porang kepada pengepul yang kemudian mendistribusikannya ke Jawa. Sementara harapan yang menjadi dambaan petani adalah adanya rencana Pemkab Lotim membuat pabrik poran di Kecamatan Pringgabaya.

Semoga hasil dari pembahasan dalam FGD II ini dapat memberikan informasi data biaya budidaya dan hasil penjualan produksi untuk dapat melakukan analisis ekonomi financial budidaya tanaman porang di Kabupaten Lombok Timur yang pada akhirnya sebagai bahan kajian penelitian yang outputnya dapat memberikan arah kebijakan terkait potensi dan prospek budidaya porang di Kabupaten Lombok Timur.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkini
Pengumuman
Agenda
Layanan
Cari
error: Content is protected !!