Wilayah Indonesia bagian timur yang mempunyai potensi strategis dalam pengembangan usaha tembakau rakyat adalah Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Produksi tembakau rakyat di NTB pada tahun 2016 sebanyak 7.262,1ton dimana daerah produksi tertinggi di Kabupaten Lombok Timur 4.785,89ton dengan tingkat produktivitas sebesar 18,091 kw/ha (Badan Pusat Statistik Provinsi NTB, 2018). Sementara data statistik tahun 2020 menunjukkan produksi tembakau mengalami peningkatan signifikan sebanyak 22.757 ton. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya perluasan areal tanam menjadi 13.063 hektar. Namun kenaikan produksi petani tidak diikuti oleh kenaikan produktivitas. Tercatat produktivitas usahatani tembakau di Kabupaten Lombok Timur tahun 2020 hanya mampu mencapai 17,42 kw/ha. Produksi yang menurun disebabkan inefisiensi budidaya khususnya proses pemeliharaan.

Komponen penting guna menghasilkan kualitas tembakau yang baik serta hasil yang optimal tergantung pada pola pemeliharaan yaitu 1) tercukupinya kebutuhan dasar berupa air, pupuk lahan, pestisida, tenaga kerja serta komponen lainnya, 2) efisiensi teknik pemeliharaan seperti penggunaan air, pupuk, pestisida dll. Permasalahan utama kelompok tani (Bareng Bersinar 2) pada budidaya tanaman tembakau adalah inefisiensi teknik pengairan/irigasi. Saat ini, petani masih menggunakan teknik irigasi konvensional, yaitu dengan mengalirkan air dari saluran ditengah sawah yang dibuat menggunakan pompa BBM menggunakan selang menuju masing-masing sela tanaman tembakau dan dioperasionalkan oleh beberapa tenaga kerja. Metode ini dianggap kurang efektif karena membutuhkan biaya produksi yang cukup tinggi terutama dari segi energi, SDM, dan waktu produksi, serta boros air. Selain itu, akibat distribusi pengairan tanaman tidak merata bahkan berlebihan berdampak pada tingginya risiko gagal panen petani. Penyebabnya adalah perubahan iklim yang tidak menentu sehingga intensitas curah hujan tinggi. Sementara petani telah melakukan penyiraman tanaman secara berlebihan kemampuan daya serap tanah menurun tanaman petani pun layu bahkan mati. Dengan demikian perlu penerapan teknologi penyiraman sistem irigasi tetes (SITETES) guna efisiensi pengairan tanaman petani.

Pelatihan teknologi SITETES ini dilakukan oleh kelompok pengabdian kepada masyarakat dari Universitas Gunung Rinjani di ketua oleh Muhammad Joni Iskandar, M. Sc dengan anggota Muhammad Anwar, M. Si dan Muslihuddin Aini, M. Si. Kegiatan PKM ini didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia sebagai pemberi pendanaan Pengabdian Kepada Masyarakat tahun 2024. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa petani yang tergabung pada Kelompok Tani Bareng Bersinar 2 sangat antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. Mereka sangat tertarik menggunakan SITETES karena praktis dan mudah dioperasionalkan. Selama ini mereka melakukan pengairan secara tradisional dengan menghabiskan banyak waktu, tenaga dan biaya usahatani. Oleh sebab itu, ketua kelompok tani menuturkan kalok teknologi ini sangat cocok untuk pengairan tanaman tembakau sehingga pengairan terdistribusi secara baik (Amaq Andi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkini
Pengumuman
Agenda
Layanan
Cari